Minggu, 27 November 2011

tugas 3 (isd)

Tugas 3
Perspektif perilaku menyatakan bahwa perilaku sosial kita paling baik dijelaskan melalui perilaku yang secara langsung dapat diamati dan lingkungan yang menyebabkan perilaku kita berubah. Perbedaan utama dalam perspektif perilaku meletakkan struktur sosial (makro) sebagai perilaku sosial individu, sedangkan sebagian lebih memandang individu (mikro) merupakan agen yang aktif dalam membentuk perilakunya sendiri.
Coba anda buatlah beberapa contoh perliaku dalam struktur makro dan mikro, baik peran anda dalam masyarakat atau berdasarkan pengamatan yang ada disekitar lingkungan kehidupan. ?!!!

Ekstremisme Mikro – MakroSalah satu pembagian utama dalam teori Sosiologi Amerika abad ke-20 telah menimbulkan konflik antara teori mikroskopik ekstrem dan makroskopik ekstrem dan antarteoritisinya. Pembagian secara ekstrem dan penafsiran atas kedua jenis teori itu cenderung meningkatkan citra tentang besarnya perbedaan antara teori mikro dan makro dan lebih umum lagi meningkatkan citra konflik dan kekacauan dalam teori sosiologi. Di sisi ekstrem makro adalah fungsional struktural, teori konflik, dan beberapa jenis teori neo-Marxian (terutama determinisme ekonomi dan Marxisme struktural). Di sisi ekstrem mikro adalah interaksionisme simbolik, etnometodologi, teori pertukaran, dan teori pertukaran rasional.Pergeseran Menuju Integrasi Mikro – Makro 
Di tahun 1980-an baru terdapat perkembangan karya tentang hubungan mikro-makro. Beberapa teoritisi memusatkan perhatian untuk mengintegrasikan teori mikro-makro, sedangkan teorisi lain memusatkan perhatian untuk membangun sebuah teori yang membahas hubungan antara tingkat mikro dan makro dari analisis sosial. Eisenstadt dan Helle menyimpulkan bahwa konfrontasi antara teori-teori mikro dan makro sudah berlalu, sedangkan Munch dan Smelser sampai pada kesimpulan serupa mengenai perlunya memilih antara penekanan perhatian pada tingkat mikro dan makro. Ada perbedaan penting anatara upaya untuk mengintegrasikan teori makro (misalnya, fungsionalisme struktural) dan teori mikro (misalnya, interaksionisme simbolik) dan upaya untuk membangun sebuah teori yang dapat menjelaskan hubungan antara analisis sosial tingkat mikro dan analisis sosial tingkat makro.
Menurut Gurvitch, kehidupan sosial dapat dikaji dari segi lima level “horizontal� atau level mikro-makro: bentuk-bentuk sosialitas, pengelompokan, kelas sosial, struktur sosial, dan struktur global. Untuk melengkapi hirarki ini, Gurvitch juga menawarkan sepuluh level “vertikal� atau “dalam� dimulai dengan fenomena sosial yang paling objektif (misalnya, faktor ekologis, organisasi) dan diakhiri dengan fenomena sosial yang paling subyektif (misalnya, ide dan nilai kolektif, pikiran kolektif. Gurvitch memotongkan dimensi vertikal dan horizontal untuk mendapatkan banyak level analisis sosial.
Karya Ritzer tentang integrasi paradigma sosiologi sebagian dimotivasi oleh kebutuhan untuk membangun sebuah model analisis yang lebih sederhana berdasarkan pemikiran Gurvitch itu. Dimulai dengan kontinum mikro-makro (tingkat horizontal model Gurvitch) bergerak dari pemikiran dan tindakan individual ke sistem dunia. Terhadap kontinum mikro-makro ini ditambahkan kontinum objektif-subjektif (tingkat vertikal model Gurvitch) yang bergerak dari fenomena material, seperti tindakan individual, dan struktur birokrasi ke fenomena nonmaterial, seperti kesadaran, norma, dan nilai. Seperti Gurvitch, Ritzer menyilangkan dua kontinum ini, namun hasilnya dalam hal ini adalah empat tingkat analisis sosial yang jauh lebih mudah dikelola ketimbang sepuluh tingkat model Gurvitch. Berikut ini gambar yang melukiskan tingkat utama analisis sosial Ritzer.MAKROSKOPIK
I. Makro - ObjektifContoh: masyarakat, hukum, birokrasi, arsitektur, teknologi, dan bahasa

II. Makro – SubjektifContoh: budaya, norma, dan nilai

III. Mikro – ObjektifContoh: pola perilaku, tindakan, dan interaksi

IV. Mikro – SubjektifContoh: persepsi, keyakinan; berbagai segi konstruksi sosial tentang realita
<!–[if !vml]–><!–[endif]–> OBJEKTIF SUBJEKTIFMIKROSKOPIKMenurut Ritzer, seluruh fenomena sosial mikro dan makro adalah juga fenomena objektif atau subjektif. Dengan demikian konsekuensinya adalah terdapat empat tingkat utama analisis sosial dan sosiolog harus memusatkan perhatian pada hubungan dialektika dari keempat tingkat analisis ini.Baru-baru ini Ritzer menggunakan pendekatan integrasi mikro-makro dalam karyanya yang berjudul Expressing Amerika: A Critique of the Global Credit Card Society. Khususnya Ritzer menggunakan gagasan C. Wright Mills tentang hubungan antara persoalan personal tingkat mikro dan personal publik tingkat makro untuk menganalisis persoalan yang ditimbulkan oleh kartu kredit. Kesukaran personal adalah masalah yang memengaruhi seorang individu dan orang lain di sekitarnya. Pada tingkat makro, kumpulan utang konsumen telah menjadi masalah publik, karena besarnya dan pertumbuhan jumlah orang adalah meningkatkan utang kepada perusahaan yang mengeluarkan kartu kredit. Akibat samping utang konsumen yang bertambah besar ini adalah peningkatan angka kejahatan dan kebangkrutan perusahaan. Akibat samping lainnya di tingkat makro dan masalah publik adalah peran yang dimainkan pemerintah dalam mendorong memperbesar utang konsumen melalui kecenderungannya sendiri untuk menumpuk utang. Lebih penting lagi adalah peran yang dimainkan perusahaan kartu kredit dalam mendorong orang untuk berutang dengan melakukan apa saja yang dapat mereka lakukan agar orang mengambil kartu kredit sebanyak-banyaknya.Sosiologi MultidimensionalJeffrey Alexander menawarkan apa yang ia sebut â€?logika teoritis baru untuk sosiologiâ€?. Logika baru ini memengaruhi â€?pemikiran sosiologi di setiap tingkat kontinum intelektualâ€?. Dengan semangat ini, Alexander menawarkan apa yang istilahkan sebagai sosiologi multidimensional. Alexander menunjukkan bahwa kontinum mikro-makro (tingkat analisis individual atau kolektif) meliputi cara keteraturan diciptakan dalam masyarakat. Di titik ujung makro dari kontinum, keteraturan tercipta dari luar dan berciri kolektif; artinya keteraturan diciptakan oleh fenomena kolektif. Di ujung mikro dari kontinum keteraturan berasal dari kekuatan internal dan bersifat individulistik; yakni, keteraturan berasal dari negosiasi individual.Ke dalam masalah keteraturan ini ditambahkan problem tindakan menurut pendirian Parsonsian klasik. Tindakan meliputi kontinum materialis-idealis yang sejajar dengan kontinum objektif-subjektif yang digunakan dalam integrasi paradigma sosiologi Ritzer. Di ujung material, tindakan dilukiskan sebagai instrumen rasional dan kondisional. Di ujung nonmaterial (idealis), tindakan adalah normatif nonrasional dan perasaan kasih sayang. Bila kita meyilangkan kontinum ketertiban dan tindakan Alexander kita menemui empat tingkatan analisis yang digunakan Ritzer. Meskipun Alexander menggunakan empat tingkat analisis yang sangat serupa dengan empt tingkat analisis yang digunakan Ritzer, terdapat perbedaan penting antara kedua model itu. Alexander memberikan prioritas pada teori-teori kolektif normatif dan memusatkan perhatian pada norma dalam kehidupan sosial. Ritzer menolak untuk memberikan prioritas pada salah satu tingkat dan menegaskan perlunya meneliti hubungan dialektika di kalangan dan antara seluruh keempat tingkat. Alexander bermaksud memberikan arti yang sangat penting pada fenomena makro (subjektif) dan akibatnya sumbangannya terhadap upaya mengembangkan sebuah teori yang mengintegrasikan fenomena mikro-makro sangat terbatas. Dapat dinyatakan bahwa Alexander termasuk teoritisi yang keliru itu karena ia secara keliru membuat generalisasi dari tingkat normatif-kolektif ke tingkat kehidupan sosial lainnya.Model dari Mikro ke MakroColeman memusatkan perhatian pada masalah hubungan dari mikro ke makro dan mengurangi arti penting masalah hubungan dari makro ke mikro. Model Coleman menjelaskan baik itu masalah dari makro ke mikro maupun masalah mikro ke makro, juga menjelaskan hubungan dari mikro ke makro. Meski menjanjikan, model ini dihadapkan dengan hubungan sebab akibat, pada aliran panah yang hanya ke satu arah. Model yang lebih memadai seharusnya model hubungan dialektika, seluruh panah menunjuk kedua arah sehingga memberikan umpan balik diantara semua tingkat analisis. Kelemahan utama pendekatan Coleman adalah karena ia hanya ingin memusatkan perhatian pada hubungan dari mikro ke makro saja.Dari situ, Allen Liska mencoba menanggulangi kelemahan tersebut. Ada dua keuntungan penggunaan model ini ketimbang pendekatan Coleman. Pertama, hasrat Liska untuk menjelaskan hubungan dari makro ke mikro. Kedua, rincian hubungan (panah a) antara kedua fenomena tingkat makro itu. Namun, seperti Coleman, Liska hanya menjelaskan hubungan kausal satu arah panah saja dengan demikian mengabaikan hubungan dialektika antara semua faktor itu.Liska menggunakan model terkenal untuk melukiskan fenomena makro. Pertama,agregasi atau mengumpulkan properti individual untuk menghasilkan karakteristik kelompok. Kedua, secara struktural dan ini meliputi hubungan antara individu di dalam sebuah kelompok. Ketiga, fenomena global meliputi apa yang biasanya dibayangkan orang sebagai karakteristik penting seperti hukum dan bahasa. Liska menyimpulkan bahwa teoritisi makro harus lebih banyak bekerja dengan pengumpulan dan teoritisi mikro harus lebih banyak bekerja dengan aktor kontekstual.Landasan Mikro Sosiologi MakroCollins memusatkan perhatian pada apa yang ia sebut â€?ikatan ritual interaksiâ€? atau ikatan â€?rantai individual dari pengalaman interaksi yang saling bersilangan dalam ruang dan mengalir sepanjang waktuâ€?. Collins juga menjauhkan diri dari teori makro dan perhatiannya terhadap fenomena tingkat makro. Collins berupaya menunjukkan mengapa â€?seluruh fenomena makroâ€? dapat ditafsirkan sebagai â€?kombinasi dari kejadian mikroâ€?. Secara spesifik ia menyatakan bahwa struktur sosial dapat ditafsirkan secara empiris menjadi â€?pola interaksi mikro yang berulang-ulangâ€?.Pendapat Collins tersebut didukung oleh Knorr Cetina tentang sangat pentingnya peran interaksi, namun dalam karyanya ia memberikan peran lebih besar baik terhadap fenomena kesadaran meupun fenomena tingkat makro.Aaro Cicourel, rekan menulis Knorr Cetina, berpendirian lebih integratif. Ia menyatakan â€?struktur mikro atau makro tak dapat dianalisis secara tersendiri; keduanya berinteraksi sepanjang waktu, meski ada yang hanya menekankan pada salah satu tingkat analisis sajaâ€?.Kembali ke Masa Depan: Sosiologi Figurasional Nobert EliasNobert Elias terlibat dalam upaya menanggulangi perbedaan mikro-makro dan lebih umum lagi untuk mengatasi kecenderungan sosiolog membedakan antara individu dan masyarakat. Yangpenting dalam bahasan ini adalah fakta bahwa gagasan tentang figurasi sosial ini dapat diterapkan baik di tingkat mikro maupun makro dan untuk setiap fenomena sosial antara kedua kutub mikro dan makro itu. Figurasi adalah proses sosial yang menyebabkan terbentuknya jalinan hubungan antara individu. Figurasi bukanlah sebuah struktur yang berada di luar dan memaksa relasi antara indvidu; figurasi adalah antar hubungan itu sendiri. Individu dipandang sebagai terbuka dan saling tergantung; figurasi tersusun dari kumpulan individu tersebut. Kekuasaan adalah penting dalam figurasi sosial, dan karena itu, berada dalam keadaan terus-menerus berubah.Pemikiran Elias tentang figurasi berkaitan dengan pemikiran bahwa individu adalah terbuka terhadap dan saling berhbungan dengan individu lain. Ia menyatakan bahwa kebanyakan sosiolog beroperasi dengan pemahaman tentang homo clausus, yakni â€?gambaran bahwa setiap orang akhirnya bebas secara mutlak dari semua orang lain, setiap orang menjadi individu di dalam dirinyaâ€?.Sejarah Tatakrama (Manners)Bila Weber dapat dilihat sebagai orang yang memusatkan perhatian pada rasionalitas masyarakat Barat, Elias memusatkan perhatian pada peradaban negeri Barat. Dalam studinya tentang sejarah tatakarama, Elias tertarik pada transformasi historis bertahap dari berbagai jenis perilaku biasa menurut arah yang kini akan kita sebut sebagai perilaku yang diadabkan (civilized). Menurutnya, proses peradaban dapat ditelusuri ke belakang ke zaman kuno, ke hari ini dan akan berlanjut ke masa depan. Peradaban adalah sebuah proses pengembangan terus-menerus. Perubahan ini tidak ditimbulkan secara sadar, tetapi secara tidak disadari.Fungsi-fungsi NaturalMasyarakat secara bertahap memperkuat pemberangusan komponen kesenangan positif tertentu dalam fungsi tertentu dengan memunculkan kegelisahan; atau lebih tepatnya, masyarakat membuat kesenangan menjadi bersifat â€?pribadiâ€? dan â€?rahasiaâ€? (yakni menekannya ke dalam diri individu) sembari mengembangkan pengaruh yang dianggap negatif – perasaan tak senang, perubahan perasaan, perasaan tak suka – sebagai satu-satunya perasaaan yang lazim dalam masyarakat.Secara menyeluruh The History of Mannermemusatkan perhatian pada perubahan cara individu berpikir, bertindak, dan berinterksi. Pada umumnya memusatkan perhatian pada fenomena tingkat mikro. Akan tetapi, ada dua faktor yang menghalangi interpretasi semacam iu. Pertama, dalam karya itu meski ia juga membahas perubahan tingkat mikro (misalnya, perubahan di lingkungan istana), namun bersamaan dengan itu ia menyatakan bahwa struktur kepribadian dan struktur masyarakat berubah dalam keadaan saling berhubungan yang tak terpisahkan. Kedua, The History of Manner ditulis dengan kesadaran bahwa jilid keduanya, Power and Civility, memusatkan perhatian untuk menerangkan lebih rinci perubahan tingkat makro yang mengiringinya.Kekuasaan dan Kesopanan (Civility)Karya Elias yang lain adalahPower and Civility, yang lebih memusatkan perhatian pada analisis makroskopik,meski kemudian terang-terangan ia menolak perbedaan analisis mikro-makro. Kesulitan Elias dalam menjelaskan hubungan mikro-makro menurut pendekatan integratif tercermin dari fakta bahwa ia membedakan antara penelitian psikogenetik dan sosiogenetik. Dalam psikogenetik, orang memusatkan perhatian pada psikogenetik individual, sedangkan penelitian sosiogenetik mempunyai cakupan lebih luas dan mempunyai perspektif yang berjangkauan lebih panjang, yang memusatkan perhatian pada â€?struktur menyeluruh, tak hanya terfokus pada keadaan masyarakat tunggal, tetapi pada kehidupan sosial yang dibentuk oleh sekelompok khusus masyarakat-masyarakat yang saling tergantung dan pada keteraturan rentetan evolusinyaâ€?.Menurut Elias, peningkatan perbedaan fungsi sosial ini berkaitan erat dengan apa yang disebutnya â€?reorganisasi total susunan sosialâ€?. Ia melukiskan proses historis yang menjadi saksi kemunculan organ sentral masyarakat yang makin stabil yang memonopoli penggunaan kekuatan fisik dan pajak.Aspek yang menarik dari argumen Elias adalah bahwa ia mengakui pengendalian kemauan sendiri itu bukanlah suatu yang sempurna. Walau menguatnya pengendalian terhadap kemauan dapat mengurangi tindakan kekerasan, namun ia juga meningkatkan kebosanan dan kegelisahan. Makin panjangnya rantai ketergantungan tak hanya berkaitan dengan makin kuatnya pengendalian atas kemauan individual, tetapi juga berkaitan dengan makin meningkatnya kepekaan terhadap orang lain dan diri sendiri. Aspek sangat penting dari proses pemberadaban (civilizing) adalah mensosialisasikan generasi muda sedemikian rupa sehingga mereka mampu mengembangkan pengendalian diri sendiri.KepustakaanRitzer, George-Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, 2007
Tags: sosiologi
This entry was posted on Tuesday, June 17th, 2008 at 9:28 am and is filed under Uncategorized. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

tugas 2 (isd)
Tugas 2
Dalam kehidupan kita kenal ada tiga karekter dan lingkungan yang dimiliki oleh manusia, yaitu: individu, keluarga, dan masyarakat.
Berikanlah sebuah pemahaman dari tiga tipe/ pola kehidupan  dan jelaskan pula contoh-contoh dari masing-masing kehidupan tersebut ?!!

Pengertian Individu
"Individu" berasal dari kata latin. "Individuum" artinya "yang tak terbagi". Jadi, merupakan suatu sebutan yang dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.

Pengertian Keluarga
Menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita.
Menurut Adler keluarga itu dibangun berdasarkan pada hasrat atau nafsu berkuasa.
Menurut Durkheim keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil-hasil faktor politik, ekonomi dan lingkungan
Menurut Ki Hajar Dewantara keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki.

Pengertian Masyarakat
Drs. JBAF Mayor Polak menyebut masyarakat (society) adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompok-kelompok lebih baik atau subkelompok.
Menurut Prof. M. M. Dojojodiguno tentang masyrakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia.

Tugas 1 (ISD)
Pendidikan tinggi diharapkan dapat menghasilkan sarjana-sarjana yang mempunyai seperangkat pengetahuan diantaranya: kemampuan akademis, kemampuan profesional, dan kemampuan personal. 
soal : 
Sebutkan ketiga kemampuan tersebut dan jelaskan dengan contoh-contohnya !!!

jawab :
1.             Kemampuan akademis; adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tulisan, menguasai peralatan analisis, maupun berpikir logis, kritis, sitematis, dan analitis, memiliki kemampuan konsepsional untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi, serta mampu menawarkan alternative pemecahannya


51 Komentar Pembaca
Luthfan says:
bagus,
contohnya :
Tes Potensi Akademik (TPA) adalah sebuah tes yang bertujuan  untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang keilmuan (akademis). Tes ini juga sering dihubungkan dengan kecerdasan seseorang. Tes Potensi Akademik ini juga identik dengan tes GRE (Graduate Record Examination) yang sudah menjadi standar internasional.

Saat ini, TPA  telah menjadi tes standar penyaringan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), rekrutmen karyawan swasta, serta karyawan BUMN. Bahkan kenaikan jabatan setingkat manajer di berbagai perusahaan juga mempersyaratkan karyawannya mencapai TPA dengan skor minimum tertentu. Tes Potensi Akademik juga umum dipakai sebagai tes penerimaan mahasiswa untuk jenjang S2 dan S3.

Adapun, Tes Potensi Akademik ini umumnya memiliki empat jenis soal. Yaitu, tes verbal atau bahasa, tes numerik atau angka, tes logika, dan tes spasial atau gambar.

Tes verbal berfungsi untuk mengukur kemampuan seseorang di bidang kata dan bahasa. Tes ini meliputi tes sinonim (persamaan kata), tes antonim (lawan kata), tes padanan hubungan kata, dan tes pengelompokan kata.

Tes angka berfungsi mengukur kemampuan seseorang di bidang angka, dalam rangka berpikir terstruktur dan logis matematis. Tes ini meliputi tes aritmetik (hitungan), tes seri angka, tes seri huruf, tes logika angka dan tes angka dalam cerita.

Tes logika berfungsi mengukur kemampuan seseorang dalam penalaran dan pemecahan persoalan secara logis atau masuk akal. Tes logika ini meliputi tes logika umum, tes analisa pernyataan dan kesimpulan (silogisme), tes logika cerita dan tes logika diagram.

Sedangkan tes spasial atau tes gambar, berfungsi mengukur daya logika ruang yang dimiliki seseorang. Tes ini meliputi antara lain tes padanan hubungan gambar, tes seri gambar, tes pengelompokan gambar, tes bayangan gambar dan tes identifikasi gambar


2.Kemampuan professional; adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan kemampuan ini, para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang profesinya.
contoh : mahasiswa dituntut untuk dapat menciptakan hasil karya sesuai jurusan yg mereka ambil contohnya, mahasiswa mesin yg membuat komponen handle motor yg terbuat dari bahan alumunium .
3. Kemampuan personal ; adalah kemampuan kepribadian. Dengan kemampuan ini para tenaga ahli diharapkan memiliki pengetahuan sehingga mampu menunjukkan sikap, dan tingkah laku, dan tindakan  yang mencerminkan kepribadian Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan, dan kenegaraan, serta memiliki pandangan yang luas dan kepekaan terhadap berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. 
Dengan seperangkat kemampuan yang dimilikinya lulusan perguruan tinggi diharapkan menjadai sarjana yang cakap, ahli dalam bidang yang ditekuninya serta mau dan mampu mengabdikan keahliannya untuk kepentingan masyarakat Indonesia dan umat manusia pada umumnya.

contohnya : mahasiswa yg mampu berkomunikasi dengan masyarakat langsung dengan cara menunjukkan kemampuan, keterampilan(skill) yg dimilikinya sehingga dapat membantu kepada masyarakat yg membutuhkannya



SET INTRUKSI


SET INSTRUKSI




      Operasi dari CPU ditentukan oleh instruksi – instruksi yang dijalankan, dan kumpulan dari insruksi atau perintah – perintah yang dapat dijalnkan oleh CPU tersebut disebut sebagai Set Instruksi. Set Instruksi memeiliki beberapa elemen, diantaranya adalah :
  1. Operation code atau dapat disingkat opcode
    Merupakan suatu operasi yang akan dilaksanakan.
  2. Source Operand Reference
    Merupakan input dari suatu operasi yang akan dilaksanakan
  3. Result Operand Reference
    Merupakan hasil dari input suatu operasi
  4. Next Instruction Reference
    Merupakan sutu pemberitahuan CPU untuk mengambil instruksi atau perintah berikutnya setelah perintah yang dijalankan telah selesai.

Suatu instruksi terdiri dari beberapa field yang sesuai dengan elemen dalam instruksi tersebut. Layout dari suatu instruksi sering disebut sebagai Format Instruksi (Instruction Format). Desain set instruksi merupakan masalah yang sangat komplek yang melibatkan banyak aspek, diantaranya adalah:
1. Kelengkapan set instruksi
2. Ortogonalitas (sifat independensi
     instruksi)
3. Kompatibilitas :  
    -  Source code compatibility
    - Object code Compatibility

Dalam set instruksi, ada beberapa jenis instruksi, anatara lain:
  1. Data processing: Arithmetic dan  Logic Instructions
  2. Data storage: Memory instructions
  3. Data Movement: I/O instructions
  4. Control: Test and branch instructions

Ada beberapa  fungsi Operasi pada Set Instruksi, diantaranya:
    1. Untuk transfer data
    2. Untuk Arritmatika
    3. Untuk Operasi Logika
    4. Untuk Conversi
    5. Untuk Input/Output
    6. Untuk Transfer Control

Adapun beberapa operasi pada set insruksi untuk transfer data, yakni :
1.      MOVE : seseuai dengan kata move yang berarti pindah, jadi operasi ini digunakan untuk memindahkan suatu word dari suatu sumber ke suatu  tujuan
2.      STORE : memindahkan word dari prosesor ke memori.
3.      EXCHANGE : menukar isi sumber ke tujuan.
4.      LOAD : memindahkan word dari memori ke prosesor.
5.      SET : memindahkan word 1 ke tujuan.
6.      CLEAR / RESET : memindahkan word 0 ke tujuan.
7.      POP : memindahkan word dari bagian paling atas sumber
8.      PUSH : memindahkan word dari sumber ke bagian paling atas stack.


Adapun beberapa Operasi set instruksi untuk arithmetic :
1.      ADD : penjumlahan                   
2.      SUBTRACT : pengurangan                  
3.      ABSOLUTE
4.      MULTIPLY : perkalian             
5.      NEGATIVE
6.      DIVIDE : pembagian     
7.      INCREMENT
8.      DECREMENT
dimana Nomor 5 sampai 8 merupakan instruksi operand tunggal.

Adapun beberapa Operasi set instruksi untuk operasi logical :
1.      COMPARE : melakukan perbandingan logika
2.      AND, OR, NOT, EXOR
3.      TEST : menguji kondisi tertentu.
4.      ROTATE : operand menggeser ke kiri atau ke kanan dengan
                                                                                       i.      ujung yang terjalin.

5.      SHIFT : operand menggeser ke kiri atau kanan menyebabkan
                                                                                     ii.      konstanta pada ujung bit.

Adapun beberapa Operasi set instruksi untuk conversi :
1.            CONVERT : mengkonversi isi suatu word dari suatu bentuk ke bentuk lainnya.

2.            TRANSLATE : menterjemahkan nilai-nilai dalam suatu bagian memori berdasrkan tabel korespodensi.

Adapun beberapa Operasi set instruksi Input / Ouput :
1.      INPUT : memindahkan data dari pernagkat I/O tertentu ke tujuan
2.      OUTPUT : memindahkan data dari sumber tertentu ke perangkat I/O
3.      START I/O : memindahkan instruksi ke prosesor I/O untuk mengawali operasi I/O
4.      TEST I/O : memindahkan informasi dari sistem I/O ke tujuan

Adapun beberapa Operasi set instruksi untuk transfer control :
    1. JUMP (cabang) : pemindahan tidak bersyarat dan memuat PC     
                                dengan alamat tertentu.
    2. JUMP BERSYARAT : menguji persyaratan tertentu danmemuat
                                    PC dengan alamat tertentu atau tidak
                                    melakukan apa tergantung dari              
                                    persyaratan.
     3. JUMP SUBRUTIN : melompat ke  alamat tertentu.
     4. RETURN : mengganti isi PC dan register lainnya yang berasal
                        dari lokasi tertentu.
     5. EXECUTE : mengambil operand dari lokasi tertentu dan
                         mengeksekusi sebagai instruksi
6. SKIP : menambah PC sehingga melompati instruksi
                 berikutnya.
   7. SKIP BERSYARAT : melompat atau tidak melakukan apa-apa
                                   berdasarkan pada persyaratan
   8. HALT : menghentikan eksekusi program.
   9. WAIT (HOLD) : melanjutkan eksekusi pada saat persyaratan
                              dipenuhi.
   10. NO OPERATION : tidak ada operasi yang dilakukan.

ENCODING


PERANAN FAKTOR ENCODING DALAM KEBERHASILAN KOMUNIKASI 07/12/2009

Posted by ebekunt in Uncategorized
Tags: 
trackback
Oleh: Kuntjojo
A. Pengertian dan Unsur-unsur Komunikasi
Kata komunikasi ataucommunication dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa latin communicare yang berarti membagi sesuatu dengan seseorang, memberikan sebagian untuk seseorang, tukar-menukar, memberitahukan sesuatu kepada seseorang, bercakap-cakap,bertukar pikiran, berhubungan, berteman (Hardjana, 2003: 10).
Ensiklopedia Bebas dunia maya, Wikipedia (2009), mendefinisikan komunikasi sebagai berikut. Communication is commonly defined as “the imparting or interchange of thoughts, opinions, or information by speech, writing, or signs”. Although there is such a thing as one-way communication, communication can be perceived better as a two-way process in which there is an exchange and progression ofthoughtsfeelings or ideas (energy) towards a mutually accepted goal or direction (information). Komunikasi, menurut Wikipedia, adalah proses saling bertukar pikiran, opini, atau informasi secara lisan, tulisan, ataupun isyarat.  Komunikasi bisa   satu arah maupun dua arah.
Dari pendapat tentang pengertian komunikasi tersebut dapat dipahami bahwa komunikasi merupakan suatu proses yang didalamnya terdapat berbagai unsure sebagai berikut:
1. Sumber ( source ) : Pihak yang berinisiatif atau berkebutuhan untuk berkomunikasi, individu, kelompok, organisasi, perusahaan, dll. Pihak sumber memiliki  gagasan  yang akan disampaikan kepada penerima. Gagasan diubah menjadi pesan melalui prosesencoding, yaitu proses merubah gagasan menjadi simbol-simbol yang umum (kata, bahasa, tanda, gambar, dst.) sehingga dapat dipahami oleh penerima.
2. Pesan (message) : hal-hal yang bersifat verbal dan/ atau nonverbal yang mewakili perasaan, pikiran, keinginan atau maksud sumber tadi.
3. Saluran/Media (channel) : alat/ wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima.
4. Penerima (receiver) : Orang yang menerima pesan dari sumber. Penerima pesan ini menerjemahkan/ menafsirkan seperangkat simbol verbal dan/ atau non verbal yang ia erima menjadi gagasan yang dapat ia pahami. Proses demikian disebut decoding.
5. Efek (effect) : Apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut.
B. Proses Komunikasi
Proses komunikasi dapat dijelaskan sebagai berikut ini. Sumber (komunikator) bermaksud menyampaikan gagasan (informasi, saran, permintaan, dst.) yang ingin disampikan kepada penerima dengan maksud tertentu. Untuk itu dia menterjemahkan gagasan tersebut  menjadi simbol-simbol (proses encoding) yang selanjutnya disebut pesan (message). Pesan tersebut disampaikan melalui saluran (channel) tertentu misalnya dengan bertatap muka langsung, telepon, surat, dst. Setelah pesan sampai pada penerima, selanjutnya terjadi proses decoding, yaitu menafsirkan pesan tersebut. Setelah itu terjadilah respon pada penerima pesan. Respon tertuju pada pengirim pesan. Komunikasi sebagai proses dapat divisualisasikan dalam bentuk bagan sebagai berikut.
C. Hal-hal yang Harus Dipertimbangkan dalam Encoding
Pihak-pihak yang melakukan komunikasi, terutama pengirim pesan pasti mengehendaki tujuan komunikasi yang dilakukannya membawa hasil yaitu pesan dapat diterima dan dipahami oleh pihak penerima pesan dan memberikan respon terhadap apa yang disampaikan pihak penerima sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penerima.  Untuk itu berbagai faktor yang mempengaruhi keberhasilan komunikasi harus dipertimbangkan dan salah satu diantaranya adalah faktor encoding.
Dalam komunikasi pihak penyampai pesan bukan hanya mempertimbangkan pesan apa yang akan disampaikan tetapi juga bagaimana menyampaikannya. Oleh karena itu pihak penyampai pesan harus tepat dalam mengemas pesannya. Proses pengemasan pesan dalam komunikasi disebut encoding (Hardjana, 2003: 13). Dengan encoding, pengirim atau penyampai pesan memasukkan atau mengungkapkan pesannya ke dalam kode atau lambang baik secara verbal atau non verbal. Dalam encoding, ada dua hal penting yang harus dilakukan oleh penyampai pesan, yaitu : 1. mempertimbangkan dengan  cermat apa yang akan disampaikan, dan 2.menterjemahkan dengan baik dan benar gagasan yang akan disampaikan menjadi isi pesan.
Encoding dapat dilakukan dengan tepat sehingga tujuan komunikasi tercapai jika penyampai pesan mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini.
1. Pesan apa yang akan disampaikan?
Sebelum pesan dikemas melalui proses yang disebut encoding, penyampai pesan harus paham betul ide atau gagasan yang akan disampaikan tanpa memahami tentang apa yang akan disampaikan, penyampai pesan bisa mengalami kekeliruan dalam memilih kemasan pesan dan media untuk menyampaikannya.
2. Siapa pihak yang akan menerima pesan darinya?
Siapa yang dimaksud dengan pertanyaan di atas bukan sekadar menyangkut nama tetapi latar belakang pendidikan dan sosial, tingkat perkembangan jiwanya, mindset, dst. Isi pesan  sama namun jika penerima pesan berbeda misalnya dalam tingkat perkembangan, pendidikan, status sosial, latar belakang keahlian, maka kemasan pesan juga harus berbeda.
3. Dalam  bentuk apa pesan disampaikan: verbal atau non verbal?
Jika dalam bentuk verbal, kata apa atau kalimat yang   bagaimana yang dipilih. Kekeliruan dalam mengemas pesan dapat menyebabkan tujuan komunikasi tidak tercapai. Sekadar contoh pengemasan pesan yang tidak tepat dapat disimak dari pengalaman penulis berikut ini.
Suatu saat penulis menerima pesan via handphone dari seseorang yang bunyinya “U di mana? Q sudah menanti sejak jam 2.30” Penulis membalas dengan jawaban: “Maaf, anda siapa?” Ternyata dia adalah seorang mahasiswa yang akan mengikuti ujian perbaikan, yang sebenarnya tidak perlu menghubungi penulis. Contoh tesebut menggambarkan bahwa apa yang disampaikan dan bagaimana menyampaikannya salah. Ada contoh lain dari kekeliruan dalam pengemasan pesan. Sekitar pukul 12.30 seorang dosen menerima sms dari mahasiswanya: “Ibu nanti sore mengajar atau tidak?”  Si penerima pesan tak mengerti apa maksud pertanyaan tersebut dan juga agak tersinggung dengan isi pertanyaan tersebut. Sebagai penanggung jawab kelas untuk mata kuliah tertentu, pengirim pesan punya hak untuk menghubungi dan bertanya kepada dosen. Namun kemasan pesannya dan juga waktu penyampaiannya tidak tepat.  Seandainya pesan dikemas dengan kalimat: “Mohon maaf, sekadar mengingatkan bahwa sekarang ini ibu waktunya memberi kuliah di kelas kami”, dan disampaikan setelah lewat waktu dimulainya perkuliahan, misalnya setelah ditunggu 10 menit dosen belum hadir, tentu respon dari penerima pesan bisa seperti yang diharapkan oleh pengirim pesan.
Jika komunikator senantiasa memperhatikan faktor-faktor yang berasal dari dirinya, yaitu kemampuan dalam encoding, berarti dirinya sudah berusaha meminimalkan kekeliruan dalam komunikasi. Oleh karena itu encoding merupakan kemampuan yang harus dikuasai setiap setiap individu, kecuali anak-anak, karena komunikasi merupakan aktivitas yang dapat terjadi kapan saja, dengan siapa saja, dan dalam situasi apapun.
REFERENSI
Hardjana, Agus M. (2003) Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius.
Wikipedia. (2009) “Communication” Tersedia pada:http://www.en.wikipedia.org/Wiki/communication. Diakses pada 16 November 2009.